Rabu, 12 Maret 2014

Bangun Kembali Pendidikan Karekter Bangsa



Bangun Kembali Pendidikan Karakter BangsaPendidikan

Pendidikan sudah tidak lagi menyangkut soal nilai tetapi juga karakter yang dibangun. Pendidikan karakter dinilai mempunyai fungsi strategis bagi kemajuan bangsa. Selama ini tidak ada sebuah dorongan yang dapat menyatukan rakyat dengan pemerintah. Diyakini dengan pendidikan karakter bangsa hal ini dapat dibangun.

Kita harus mengetuk pintu semua elemen untuk berkomitmen menjalankan pendidikan karakter sebagai bagian dari jati diri bangsa. Karakter, yang melampaui dari sekadar soal baik dan buruk, sudah lama ditinggalkan. Hasilnya, Indonesia di ujung tanduk. Pada masa lalu, pendiri bangsa dan rakyat bisa bersatu. Pemerintah dan rakyat punya tekad, semangat, keberanian, dan karakter yang sama. Tetapi, sekarang ini, pemerintah berjalan sendiri dengan kebijakannya, sedangkan rakyat menjerit tidak diperhatikan
banyak sekali permasalahan yang muncul seperti ketidakadilan, ketidakjujuran, KKN yang harus dihadapi oleh para pendidik. Tidak bisa dalam waktu singkat, butuh proses yang panjang untuk itu.“Sekolah adalah tempat strategis untuk pendidikan karakter. Jadi, kita harus manfaatkan peluang itu, sambil didukung juga oleh masyarakat dan keluarga,”
Bukan hal itu saja mulai muncul keprihatinan mana kala melihat semakin marak fenomena anak-anak di bawah umur menjajakan koran dan dagangan lain di perempatan jalan. Sejumlah kalangan dan para pemerhati anak miris dibuatnya.
“Sangat memprihatinkan ketika anak-anak itu harus membantu orang tua mencari nafkah, sementara mereka sebenarnya harus bermain dan belajar. Jadi mereka ini masak sebelum saatnya,” kata psikolog Probowatie Tjondronegoro.
Pergaulan menjadi tidak terpantau, akibatnya buruk bagi perkembangan fisik dan psikologis anak. Bukan hanya orang tua yang harus bertanggung jawab, namun pihak pemerintah seharusnya turun tangan menanggapi fenomena ini.Pergaulan di jalan raya itu kan tidak terseleksi. Maka secara fisik dan psikologis (fenomena) ini jelas tidak baik, tidak oke. Ini merupakan persoalan serius yang bukan saja harus diselesaikan oleh para orang tua dari anak-anak itu, tapi juga persoalan kita dan pemerintah.
        Jumlah anak telantar di Indonesia sudah mencapai 4,5 juta anak, tersebar di berbagai daerah. Pemerintah melalui Kementerian Sosial sudah menyediakan dana sebesar 281 miliar rupiah, namun hanya cukup untuk menangani 175 ribu anak.
Menurutnya, anak telantar banyak disebabkan eksploitasi oleh orang tua, mereka dimanfaatkan untuk mencari uang. Tentu kondisi semacam ini membuat anak tidak tumbuh dengan sehat. Perlu adanya tindakan yang sinergi antara pemerintah, pekerja sosial, relawan dan masyarakat untuk menyelamatkan anak Indonesia agar dapat membangun kembali  pendidikan karakter bangsa.
Ynag mana Pendidikan merupakan pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi, Itulah pentingnya pendidikan bagi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar