Kamis, 09 Maret 2017

Values community and ecological levels.




TUGAS KOMUNITAS 

1.    Seven core values in community psychology ?
Pada psikologi komunitas, values merupakan pedoman yang sangat idealis mengenai apa itu moral dan mempunyai intensitas emosional. Values juga bisa berfokus pada akhir atau tujuan, makna (bagaimana cara mencapai tujuan) dan juga keduanya. Value bisa berakar dari kepercayaan spiritual, tetapi bisa juga dari kepercayaan sekunder. Values – values tersebut berguna untuk beberapa tujuan, antara lain :
·      Pertama, values membantu menjelaskan pilihan untuk penelitian dan tindakan/aksi.
·      Kedua, values membantu untuk mengidentifikasikan ketika tindakan dan nilai yang dianut tidak cocok.
·      Memahami sebuah budaya atau komunitas termasuk juga memahami nilai khusus dari budaya atau komunitas tersebut.

Ada 7 Value dalam psikologi komunitas, yaitu:
a.    Individual and family wellness
Wellness atau kesejahteraan mengarah kepada kesehatan baik secara fisik atau psikologis. Indikator dari wellness ini adalah simptoms dari distress psikologis, dan  pengukuran dari kualitas positif seperti resiliensi, kemampuan social-emotional, kesejahteraan personal, dan kepuasan hidup. Individual and family wellness juga fokus kepada psikologi klinis dan bidang-bidang yang terkait lainnya. Untuk meningkatkian individual/family wellness, psikolog komunitas telah mempelajari dan mengembangkan intervensi yang berfous pada; pencegahan dari perilaku maladaptif, masalah personal dan keluarga, dan illness: peningkatan kemampuan sosial-emosional, dan kesehatan; social support networks dan mutual help group; program intervensi pada setting nonklinis seperti sekolah dan tempat kerja, dan lainnya.

b.    Sense of community
Sense of community ini mengarah kepada persepsi tentang belongingness, saling ketergantungan (interdependence) dan komitmen bersama yang menghubungkan individual dalam sebuah kesatuan kolektif. Sense of community merupakan dasar bagi komunitas dan tindakan sosial. Nilai dari sense of community seimbang dengan nilai individual/family wellness. Penekanan dalam budaya barat dan bidang dari psikologinya adalah pada individual, yang mana hal itu merupakan bentuk yang buruk yang dapat mengembangkan selfishness atau perbedaan pada orang lain. Membangun sense of community ini melampaui individualism untuk berfokus pada saling ketergantungan dan hubungan. Dari sudut pandang psikologi komunitas, kualitas hidup individual dan komunitas itu saling bergantung satu sama lain.Meskipun demikian, sense of community tidak selalu positif. Hal ini bisa membuat jarak antara insiders dan outsiders, dan ini dipicu oleh penolakan atau menyerang keberagaman dalam sebuah komunitas, menciptakan ketikadilan atau deadining conformity. Karenanya, values ini harus seimbang dengan values lain, terkhusus pada values social justice dan respect for diversity.

c.    Respect for human diversity
Dalam memahami individu yang ada dalam komunitas dibutuhkan pemahaman mengenai perbedaan manusia, yang meliputi perbedaan gender, etnik atau ras, usia, status sosial ekonomi, dll. Pemahaman mengenai perbedaan manusia, psikolog komunitas perlu memahami perbedaan tradisi dan budaya dimana ia bekerja. Pemahaman terhadap perbedaan manusia juga harus diimbangi dengan nilai keadilan sosial (social justice). Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari dan memahami perbedaan tiap individu.

d.    Social justice
Keadilan sosial (social justice) didefinisikan sebagai keadilan, kesetaraan dalam pengalokasian sumber daya tertentu, kesempatan, obligasi, dan kekuatan. Ada dua pengertian social justice, yaitu : Distributie justice merupakan keadilan outcome dalam alokasi sumber tertentu, seperti uang, pendidikan, dll. Dan Procedural justice merupakan keadilan dalam proses membuat suatu keputusan.Pandangan social justice terkait dalam hal pembelaan dalam aturan sosial (seperti hukum dan kebijakan pemerintah) dan mengubah sikap publik (terutama melalui media massa). Selain itu, social justice juga membantu kinerja klinis terkait anggota dalam populasi yang tertekan dan terkait reset psikologi mengenai dampak ketidakadilan sosial atau perubahan dalam aturan sosial. Social justice juga terkait kesejahteraan semua orang, visi komunitas, serta pengenalan perbedaan manusia.Social justice harus diimbangi dengan nilai lain, ketidaksetaraan kekuasaan, indiviual healing (wellness), komunitas dan perdamaian nasional, dan kenyataan mengenai siapa yang akan melanjutkan kekuasaan dalam komunitas dan masyarakat.

e.    Citizen participation
Procedural justice terkait dengan partisipasi penduduk dalam pembuatan keputusan. Hal ini mengarah kepada pengambilan keputusan secara demokratis dimana semua anggota dalam komunitas dapat terlibat dalam pengambilan keputusan. Partisipasi penduduk juga terkait dengan perberdayaan dalam masyarakat.Dengan adanya partisipasi penduduk tidak menjamin adanya keputusan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan beberapa penduduk tidak menyadari hak dan kebutuhan semua individu atau kelompok. Oleh karena itu, partisipasi penduduk juga harus diimbangi dengan nilai dari komunitas, social justice, dan pemahaman perbedaan antar individu.

f.     Collaboration and community strengths
Psikolog komunitas berusaha untuk mencari, menghargai, serta mengembangkan kekuatan personal dan komunitas, seperti pengalaman hidup, tradisi, dan hal lain yang sudah ada di dalam komunitas. Membangun kekuatan komunitas ini bisa dijadikan sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah. Selanjutnya, psikolog komunitas berusaha menciptakan suatu hubungan kolaborasi dengan penduduk sehingga kekuatan yang ada dalam komunitas dapat digunakan. Dalam hubungan ini, psikolog komunitas dan penduduk bersama-sama berbagi pengetahuan dalam pengambilan keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan pengembangan program komunitas yang melibatkan penduduk dalam merencanakan dan mengimplementasikan suatu keputusan. Kolaborasi merupakan salah satu cara dimana psikolog dan komunitas dapat saling berbagi nilai yang dimiliki secara bersama-sama. Terkadang ada perbedaan nilai atau pandangan yang harus didiskusikan dan diselesaikan secara adil.

g.    Emprical grounding
Dasar empiris mengintegrasikan penelitian dengan aksi komunitas. Hal ini digunakan untuk membuat aksi komunitas menjadi lebih efektif dan membuat penelitian menjadi lebih valid dalam memahami komunitas. Psikolog komunitas tidak menyukai teori atau aksi yang tidak didasarkan oleh bukti empiris dan penelitian yang mengabaikan konteks komunitas. Dalam penelitiannya, psikolog komunitas menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Psikolog komunitas yakin bahwa tidak ada penelitian yang bebas dari nilai tertentu, baik nilai yang dimiliki oleh peneliti maupun nilai terkait konteks dimana penelitian dilakukan. Oleh karena itu, nilai-nilai ini harus didiskusikan secara terbuka untuk menghasilkan penemuan yang lebih baik.

2.    Jelaskan ecological levels of analysis in community psychology oleh bronfenbrener ?
Jawaban :
Urie Bronfenbrenner (1979) menciptakan konsep tentang tingkat analisis (menggambarkan tingkat konteks sosial) yang berpengaruh terhadap psikologi komunitas. Tingkat ekologi analisis membantu untuk menjelaskan bagaimana peristiwa atau masalah memiliki beberapa penyebab. Seperti halnya, faktor – faktor yang berkontribusi terhadap masalah anak di sekolah dapat mencakup kekuatan di berbagai tingkat. Anggota keluarga, temen, guru memiliki dampak yang besar, bahkan pikiran dan nilai – nilai mereka dipengaruhi oleh sistem sekolah, wilayah, budaya, sosial, dan bahkan tingkat global. Istilah komunitas mengacu pada hubungan antara orang – orang, di berbagai tingkatan baik terkait dengan tempat atau tidak. Seperti ruang kelas, asrama, tempat ibadah, komunitas online virtual atau kelompok budaya dapat dianggap sebagai komunitas.










·      







 Individuals
Orang memilih sendiri hubungan atau lingkunganya sampai batas tertentu dan mempengaruhi mereka dalam berbagai cara serta mereka mempengaruhi orang lain. Setiap orang terlibat dalam sistem pada beberapa tingkat ekologi, seperti teman – teman, tempat kerja, dan lingkungan. Psikologi komunitas dan bidang yang terkait lainya telah mengembangkan intervensi pencegahan untuk berorientasi dalam komuitas, efektif dalam mengurangi masalah seperti kesulitan dalam pengembangan sosial dan akademik anak anak, masalah perilaku remaja, kenalakan remaja dan lainya.
·         Microsystems
Merupakan lingkungan dimana orang tersebut berulang kali terlibat secara langsung, interaksi pribadi dengan orang lain. Mereka termasuk keluarga, ruang kelas, jaringan persahabatan, pasukan pramuka, tim atletik, kelompok musik, sayap asrama, dan kelompok swadaya. Dalam microsystems, individu membentuk hubungan interpersonal menganggap peran sosial dan kegiatan berbagi. Microsystems lebih dari sekedar jumlah anggota, mereka adalah unit sosial dengan dinamika mereka sendiri. Dalam penggunaan psikologis , pengaturan bukan hanya terkait fisik, tetapi hubungan antara individu – individu yang mungkin terkait dengan satu atau beberaa tempat. Bagian kelompok penolong adalah pengaturan bahkan jika  terjadi perubahan tempat pertemuan.
·         Organizations
Organisasi lebih besar dibanding microsystem dan mempunyai struktur yang formal. Organisasi mempunyai bentuk – bentuk penting dari komunitas itu sendiri seperti human service and health care setting, program treatment, sekolah, tempat kerja, asosiasi lingkungan. Organisasi biasanya terdiri dari set – set terkecil dari microsystem seperti kelas, aktivitas, departement, staff, administrasi dan komite membentuk sebuah sekolah atau universitas. Akan tetapi organisasi tidak sekedar gabungan dari bagian – bagia dalam organisasi tersebut, yang penting adalah dinamika dari keseluruhan organisasi tersebut seperti hirarki dan budaya informal yang ada di dalamnya. Selanjutnya, organissi juga dapat menjadi bagian dari unit sosial terbesar misalnya asosiasi lingkungan tinggal seperti RT/RW. Organisasi ini bisa jadi jalan untuk menyampaikan aspirasi masyarakat sehingga bisa mempengaruhi perintah. Organisasi besar seperti internasional corporation, partai politik merupakan macrosystem.
·         Localities
Lokalitas bia dipahami sebagai bagian dari organisasi atau microsystem. Salah satu makna yang paling terlibat dari sebuah komunitas itu sendiri mengarah kepada lokalitas geografik, termasuk kabupaten, kota kecil, lingkungan perkotaan, atau seluruh kota.lokalitas biasanya mempunyai pemerintahan, ekonomi lokal, media, sistem sosial, edukasi dan layanan kesehatan dan institusi lainya yang mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup individu. Individu berpartisipasi dalam kehidupan lokalitas bersama melalui group yang kecil. Asosiasi lingkungan tempat tinggal merupakan sebuah organisasi, tetapi keseluruhan orang – orang yang ada di lingkungan yang merupakan lokalitas atau berada daerah yang sama.
·         Macrosystem
Yang termasuk ke dalam macrosystem yaitu masyarakat, budaya, parpol, social movement, korporasi, persatuan buruh internasional sistem kepercayaan institusi internasional dan sebagainya. Sebuah level analisis yang paling penting mengenai macrosystem adalah populasi. Populasi mengidentifikasi sebagai sebuah karakteristik  bersama (arti sederhana( seperti gender, ras, etnis, pendapatan, agama, orientasi seksual atau cacat mental)populasi bisa jadi sebuah berbasis dari sebuah bentuk komunitas, akan tetapi tidak semua individu dalam populasi akan mengidentifikasikan hal tersebut sebagai sebuah komunitas.
3.    Paparan Ringkas Psikologi Pemberdayaan Komunitas ?
a.    Action Framework pada intervensi sosial.
Intervensi sosial merupakan serangkaian kegiatan untuk memperdayakan bagi masyarakat yang tidak di untungkan pada suatu wilayah tertentu secara partisifatif pada pertumpuh kepada kerangka teori dan metodologi psikologi sosia yang tepat guna. Serangkaian kegiatan di rancang untuk kegitan jangka panjang, bertahap dan berkelanjutan. Menurut Nelson dan prilleltensky (2005 hal 162) menyatakan bahwa kegiatan intervensi secara metodik harus direncanakan dan dilaksanakan secara cermat  kegiatan yang dilaksanakan meliputi upaya perubahan nilai – nilai, kegiatan program , distribusi sumberdaya perimbangan kekuatan, dan norma – norma budaya. Untuk memahami pemberdayaan harus dilihat dari indikasi sudah mulai menghilangkan alienasi, ketiadaberdayaan,dan ketiadaan.
·      Dalam mencapai perubahan yang optimal diperlukan 4 dasar intervensi yaitu (V.S.A.R) : visi-strategy-aksi-refleksi.
·      Setelah itu, barulah kita menentukan perencanaan intervensi dengan cara mendalami masalah untuk mencari masalah inti daru perioritas intervensi dan menjabarkan secara lebih detail faktor sebab-akibat.
·      Kemudian langka menentukan intervensinya dengan macam kegiatan seperti pelaksanaan kegiatan, kegiatan pendokumentasi proses pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan kegiatan.
·      Melakukan evaluasi dengan 2 hal yaitu evaluasi terhadap efek dari intervensi atau perubahan yang terjadi pada kelompok sasaran, yang kedua evaluasi terhada proses – proses atau dinamika kelompok yang terjadi saat pelaksanaan intervensi.
·      Tantangan terbesar kedepanya yaitu proses intervensi ternyata adai dalam diri masing – masing pelaku intervensi. Keyakinan yang ada kapasitas yang dimiliki serta komitmen yang dipegang hanya akan bisa berrati ketika sudah terjadi proses praksis yaitu manunggal antara kata dan perubahan.

b.    Mencari Model Gerakan Pemberdayaan Dialogis yang lebih otentik.
Pada pengalaman jaringan relawan kemanusiaan (JRK) merupakan salah satu alternatif gerakan kemanusiaan di tanah air. dan memiliki tahap standard yaitu tahap tanggap darurat (2 bulan), tahap rehabilitasi (2 bulan), dan rekontruksi ( 1 tahun). Visi dan misi JRK yaitu anti kekerasan, non diskriminasi, kesetaraan gender, imparsial, dan pluralisme. Tujuan praktis JRK yaitu membangun  komunitas- komunitas gerakan basis kerakyatan pro demokrasi dan pro reformasi total.

Organ seksual laki-laki dan perempuan.



Nama  : Dian Andini ( 13-61)


ORGAN REPRODUKSI

Berdasarkan buku anatomi fisiologi oleh Drs. H. Syaifuddin, AMK terungkap bahwa organ reproduksi dikenal sebagai traktus genitalis yang berhubungan dengan traktus urinarius. Pada organ reproduksi perempuan dapat dibagi dalam organ ekterna dan organ interna. Pada organ Externa dikenal sebagai vulva dan terdiri dari: Tundun (mons veneris), labia mayora (bibir besar), klitoris (kelentit), Nimfae atau Labia minora (bibir kecil), Vestibulum (serambi), Himen (selaput darah), dan Perineum (kerampang). Sedangkan organ reproduksi interna yaitu vagina (liang kemaluan), Uterus (rahim) terdiri dari (fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri),Ovarium, dan Tuba falopi terdiri dari (Pars interstitialis, Pars ismika, Pars ampularis, infundibulum
.

Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah terjadi menstruasi. Pada usia 45 sampai 50 tahun siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus.Berdasarkan buku anatomi dan fisiologis untuk medis oleh Evelyn C. Pearce mengatakan bahwa bila ovum tidak dibuahi maka korpus luteum bertahan hanya selama 12 sampai 14 hari, sampai tepat pada permulaan masa menstruasi berikutnya kemudian menjadi atrofik dan diganti oleh jaringan perut. Kelenjar mama atau payudara (buah dada) merupakan pelengkap pada organ reproduski pada wanita dan mengeluarkan air susu. Puting berlubang – lubang 15-20 buah yang merupakan saluran dari kelenjar susu. Berdasarkan buku Anatomi dan fisiologi oleh dr. Jon Tambayong bahwa  setelah memasuki salah satu tuba uterina, ovum dapat hidup dan dibuahi selama 12 sampai 24 jam. Bila terjadi pembuahan, zigot akan mengalami beberapa kali pembelahan sel melalui mitosis, dan memerlukan 3-4 hari untuk sampai dalam rongga uterus.

Berdasarkan buku anatomi dan fisiologi oleh dra. Wartonah, s. Kep pada organ reproduksi pria terdiri dari genetalia eksterna dan organ interna yang berada dalam rongga pelvis.Genetalia eksterna pria terdiri dari skrotum dan penis. Satu kantong skrotom terdiri dari satu testis. Pada cuaca panas skrotum akan mengendur atau membesar sehingga luas permukaanya meningkat mengakibatkan panas dapat dikeluarkan. Pada saat cuaca dingin skrotum akan mengerut dan menyebabkan testis tertarik ke dekat tubuh sehingga menjadi lebih hangat. Sedangkan penis berfungsi untuk mengeluarkan sperma, panjang penis bervariasi sekitar 9-12 cm dan pada ereksi rata – rata 10-14 cm.sedangakan genitalia interna pria terdiri dari testis dan saluran – saluran didalamnya serta kelenjar – kelenjar assesoris reproduksi seperti epididimis, duktus vasdeferen, vesikula seminalis, duktus ejakulatoris, glandula prostate, kelenjar bulbouretra.


Spermatogenesis merupakan proses perkembangan spermatongonia menjadi spermatozoa yang matang atau yang menjadi sperma dan memerlukan waktu sekitar 75 hari. Rata –rata proses spermatongenesis terjadi pada usia 13 tahun diawal – awal pubertas. Pada orang yang normal dan sehat jumlah spermanya lebih dari 20 juta per mililiternya.pada saat ejakulasi jumlah sperma yang dikeluarkan sekitar 3-3,5 ml dan setiap mililiternya mengandung 60-150 juta sperma. Sperma dapat hidup 24-48 jam pada suhu tubuh. Perilaku seksual pria terdiri dari dua komponen yaitu adanya ereksi yaitu pengerasan penis dan ejakulasi yaitu kontraksi ritmik.

Berdasarkan jurnal  yang berjudul karakteristik wanita dengan flour albus terungkap bahwa terdapat berbagai macam gangguan sistem reproduksi seperti gangguan menstruasi, syndrom premenstruasi, kista ovari, kanker dan tumor pada endometrium serta salah satunya yaitu infeksi yang disebabkan oleh bakteri maupun jamur yang disebut dengan keputihan.

Equality

Nama  : Dian Andini
Nim     : 13-061

EQUALITY
By : Anne-Marie Slaughter


Our Evolving Sense of  self.
Ketika berumur sembilan tahun di Ottawa, Kanada, Mikayla berkata “Tidak ada sesuatu yang bisa saya lakukan karena saya adalah seorang gadis. Setiap orang memiliki kesetaraan tapi dimasa lalu semua orang tidak setara.Diusia 9 tahun alfiah Anshari di mumbai india berkata :” kami tidak akan mendapatkan pendidikan disekolah, tapi anak laki – laki akan mendapatkan pendidikan. Dan oleh karenanya mereka bisa traveling kemana mereka inginkan akan tetapi anak perempuan tidak. National Geographic mengatakan, singkatnya mencerminkan perbedaan yang luar biasa dalam pengobatan anak perempuan dan wanita seluruh dunia. Tidak ada negara yang mencapai kesetaraan gender penuh. Di amerika utara dan kebanyakan di eropa, perempuan telah membuat kemajuan seperti anak perempuan memiliki beberapa alasan untuk percaya bahwa segala sesuatu adalah mungkin. Tapi beberapa tempat lain, wanita masih memiliki ayah atau suami mereka, membantah makanan, obat, dan pendidikan yang diberikan kepada anak laki – laki
Tapi wanita melakukan semua setidaknya memiliki satu kesamaan : kita semua tahanan dari budaya kita. Sejarahwan yuval Noah Harari, diakui mengenai bagaimana homo sapiens berevolusi, menjelaskan bagaimana perempuan dapat didefinisikan tidak hanya dalam hal peran biologis mereka, tetapi juga dalam hal peran budaya mereka. Sebagaimana Harari menjelaskan hal itu, perempuan dengan dua kromosom X dan tubuh dan hormon terlalu banyak tidak berubah.





Gender berbeda dengan sek. Sek adalah jenis kelamin laki- laki dan perempuan dilihat secara biologis. Sedangkan gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan secara sosial, masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak dan fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan laki – laki. Biasanya isu gender muncul sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukan kesenjangan gender (suhapti, 1995).
Sejarah perbedaan gender (gender difference) antara laki-laki dan perempuan dikarenakan oleh banyak hal diantaranya dibentuk, disosialisasikan, diperkuat abhkan dikontruksi secara sosial  dan kultur melalui ajaran keagamaan maupun negara (Fakih, 1999). Ketidakadilan gender di konstruksi melalui aturan hukum formal dan norma-norma yang tidak tertulis. Aturan hukum formal yang membuat ideologi resmi berlaku pada masyarakat dan institusi , sedangkan norma-norma yang tidak tertulis yangdipahami membentuk sikap dan perilaku sehari-hari dalam dunia nyata.
Di indonesia, di lingkungan pemerintahan maupun swasta, perempuan yang telah mempunyai kesempatan menduduki jabatan belum sebanding dengan laki – laki. Dilihat dari jumlah perempuan lebih banyak dibanding laki – laki. Dalam jumlah, perempuan merupakan mayoritas, ironisnya, sebagian besar dari makhluk perempuan ini “tidak terlihat”. Kesempatan yang diberikan di bidang pendidikan dan peluang untuk menduduki jabatan eksekutif pada umumya baru di nikmati oleh segelintir perempuan (Raharjo, 1995).

Kesetaraan Gender Dalam Pembagian kerja
  • Pembagian kerja gender berdasarkan pola pembagian kerja antara pasangan suami istri yang disepakati bersama serta didasari oleh sikap saling memahami dan saling mengerti.
  • Umumnya perempuan sebagai sektor domestik sedangkan laki-laki sebagai sektor publik.
  •  Semenjak masa kanak-kanak, pembagian kerja menurut jenis kelamin dan telah disosialisasikan pada keluarga setiap individu. Hal ini dilakukan agar individu mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban dalam keluarga dan bahkan dalam masyarakat. Pola sosialisasi yang diterapkan dalam keluarga akan membentuk kepribadian seseorang.
  • Pembagian kerja secara seksual oleh laki-laki dan perempuan telah menjadi kesepakatan masyarakat awam atas tubuh perempuan dan tubuh laki-laki.
  • Budaya patriarki memberikan otoritas dan dominasi kepada kepada laki-laki dalam kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat.
Kesetaraan Gender Berdasarkan Pendidikan
  • Pandangan masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan laki-laki. Kondisi ini antara lain disebabkan adanya pandngan dalam masyarakat yang mengutamakan dan mendahulukan anak laki-laki untuk mendapatkan pendidikan dari pada perempuan.
  • Pada masyarakat perekonomian rendah, menganggap anak perempuan mereka tidak usah melanjutkan sekolah lebih baik langsung dinikahi atau didorong untuk bekerja sebagai PRT.
  • Perempuan cenderung memiliki kesempatan pendidikan yang lebih kecil dibanding anak laki- laki semangkin tinggi jenjang pendidikan semangkin lebar kesenjangan. Kesenjangan  ini pada giliranya membawa kepada berbedayanya rata-rata penghasilan laki-laki dan perempuan.
  • Ketimpangan gender dapat diamati dari segi isi buku pelajaran.banyak muatan buku pelajaran khususnya bahasa indonesia,PPKN, IPS,jasmani dan sejenisnya yang membahas mengenai kedudukan perempuan dalam masyarakat cenderung masih menganut nilai-nilai yang bias gender. Perempuan dalam buku tersebut ditempatkan dalm rana domestik sedangkan laki-laki sebagai peran publik ini menyebabkan perempuan tidak tetap tidak mempunyai mentalitas sebagai warga masyarakat yang produktif.
  • Kontrol terhadap kebijakan pendidikan lebih didominasi laki-laki mengingat laki- laki lebih banyak berada pada posisi strategis dalam pengolahan pendidikan terutama jabatan struktural. Hal ini menyebabkan partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan dalam pendidikan relatif masih rendah.
Kesetaraan Gender Dalam Berbagai Budaya 
  •  Dalam budaya jawa, banyak istilah yang mendudukan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki dan itu sudah tertanam di dalam masyarakat.sebagai contoh: istilah jawa menyebutkan istri sebagai “kanca wingking” artinya temen belakang sebagai teman dalam mengelolah urusan rumah tangga , khususnya urusan anak, memasak, mencuci. Istilah lain yaitu “suwarga nunut neraka katut” istilah itu juga diperuntukan para istri, bahwa suami adalah yang menentukan istri akan masuk surga atau neraka. Dan ada istilah lain yang lebih rendah untuk para istri yaitu bahwa seorang istri harus bisa manak, macak, masak. Dan istilah yang lebih melekat di diri perempuan yaitu dapur,pupur,kasur, sumur.
  • Dalam budaya batak anak laki laki saja yang dapat meneruskan marga ayahnya dan hanya anak laki-laki jugalah yang menjadi ahli waris dan mendapatkan bagian yang sama.
Kesetaraan Gender Dalam Perspektif Al-Qur’an
  • Dalam alqur’an surat al Hujarat : 13. Ayat tersebut memberikan gambaran mengenai pandangan antara laki-laki dan perempuan. Dan memiliki persamaan dalam bidang ibadah. Siapa yang rajin ibadah maka akan mendapatkan pahala lebih banyak tanpa melihat jenis kelaminya.s sedangkan perbedaanya yaitu terdapat pada kualitas nilai pengabdian dan ketaqwaan kepada allah. Dan ayat tersebut juga dijelaskan kebebasan dalam bentuk diskriminasi seksual, warna kulit, etnis, dan ikatan-ikatan primordial lainya.
  • Alqur’an mengakui adanya perbedaan (distinction) antara laki-laki dan perempuan tetapi perbedaan tersebut bukanlah perbedaan discrimination yang menguntungkan satu pihak dan merugikan yang lainya. Perbedaantersebut dimaksudkan untuk mendukung terciptanya hubungan harmonis yang didasari rasa kasih sayang.
  • Prinsip – prinsip kesetaraan gender dalam alquran : 1) laki-laki dan perempuan  sebagai khalifah di bumi di tujukan pada QS. Al-An’am:165. Kata khalifah pada ayat tersebut tidak menunjukan kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki- laki dan peremuan memiliki fungsi yang sama sebagai khalifah yang akan mempertanggung jawabkan tugas-tugas kekhalifahanya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba tuhan.
Hubungan Seksualitas Dalam Perspektif Gender.
  • Budaya telah membentuk perempuan yang sudah menikah hanya menerima dan melayani kehendak dan hasrat suami dalam menjalani relasi seksual
  • Hubungan seksual dalam islam dipandang bersifat holistik, dikarenakan hubungan seksual termasuk ibadah bagi pasangan yang sudah menikah dan dilandasi atas cinta dan kasih sayang.
  • Dalam alquran dan hadis dijeaskan bahwa kesetaraan laki-laki dan perempuan dalam konteks hubungan seksual membuktikan bahwa tuhan menempatkan keduanya kedalam posisi seimbang dan saling melengkapi.


DAFTAR PUSTAKA

Fauziah Luluk, Keadilan dan Kesetaraan Gender dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Perempuan di Kabupaten Sidoarjo, Fisip Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Hermawati Tanti, Budaya Jawa dan Kesetaraan Gender, Journal Komunikasi Masa, Vo.1, No 1, Juli 2007, 18-24
Iswah Andriani, Kurikulum Berbasis Gender, Tadris. Volume 4. Nomor 1. 2008
Mansour Fakih, Dr, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996.
Marzuki, Dr. Studi Tentang Kesetaraan Gender dalam Berbagai Aspek, Universitas Negri Yogyakarta.
Suhra Safira, Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur’aan dan Implikasinya Dalam Hukum Islam, Jurnal Al-Ulim, Volume 13, Nomor 2, Hal 373-394.
Retno Suhapti, Gender dan permasalahanya, Bul Psikologi, Jakarta,  1995.
Yulfira Raharjo, Gender dan pembagunan, Puslitbang Kependudukan dan Ketenagakerjaan, LIPI (PPT-LIPI), Jakarta, 1995.