NAMA : DIAN ANDINI
FAKULTAS : PERTANIAN
TUGAS : ILMU TANAH
PEMBAHASAN : KIMIA TANAH
BAB
1
PENDAHULUAN
Kimia Tanah
adalah semua pristiwa yang bersifat kimia yang terjadi pada tanah, baik pada
permukaan maupun di dalamnya. Kimia tanah berhubungan erat dengan kimia koloid,
geokimia, kesuburan tanah, mineralogi tanah, atau biokimia
Tanah
tersusun dari tiga macam fase, setiap
reaksi yang terjadi pada salah satu fase akan mempengaruhi fase lainya . sebagai contoh, reaksi –
reaksi yang terjadi pada bahan padat
akan berpengaruh terhadap kualitas udara dan air serta kehidupan biologi tanah.
Oleh karena itu, rentetan reaksi kimia
yang terjadi akan menentukan sifat dan ciri tanah yang bersangkutan.
Kimia tanah mempunyai dua cabang
telaah yaitu : cabanag organik (biokimia)
dan anorganik. Walaupun cabang
organik yang menyangkut reaksi – reaksi
biokimia sangat penting.
Sir
Hugh plat tahun 1540 telah di anggap orang yang pertanama yang telah
mengkaji manfaat dari pupuk kandang terhadap produksi tanaman. Garam – garam
yang terkandung dalam kotoran ternak itulah yang berperan, tetapi konsep –
konsep penting dalam masalah ini belum muncul. Hal ini terutama disebabkan
belum di temukan metode –metode analisis kimia yang dapat membuktikan peranan
garam – garam tersebut terhadap pertumbuhan tanaman.
Van
Helmont pada tahun 1652 telah mengemukakan kesimpulan dari hasil
penelitianya, dia menyatakan bahwa air adalah satu satunya hara dan tanah tidak
menyumbangkan apa-apa bagi pertumbuhan tanaman.walaupun kesimpulan hasil
penelitian ini salah, namun telah membangkitkan perkembangan – perkembangan
baru dalam penelitian yang menyangkut dalam kimia tanah. Karena setelah itu
bermunculanlah hasil – hasil penelitian yang sangat mennjang perkembangan
pengetahuan ini. Misalnya woodward
(1699) melaporkan bahwa semangkin banyak bahan – bahan (hara) yang terlarut
dalam media tumbuh, maka perkembangan tanaman akan semangkin baik.way dan lawes (1850) menemukan prinsip pertukaran kation.
Ion – ion dalam larutan tanah yang
menjadi hara tanaman berasal dari :
·
Pelapukan mineral
·
Penguraian bahan organik
·
Air hujan
·
Air irigasi
·
Dan dari pristiwa pertukaran kation dan
kompleks jerapan
Tidak
semua ion – ion ini dapat diambil tanaman, tetapi mereka dapat pula hilang
karena terlindih, diambil mikrobia, dan bersenyawa dengan ion –ion lain yang
akan membentuk endapan. Komposisi dan kepekatan unsur – unsur esensial dalam
suatu tanah akan berbeda dan beragam dengan tanah lainya, mereka sangat di
pengaruhi oleh keadaan lingkungan yang berperan dalam proses pelapukan dan
kegiatan biokimia.
Tanah menyerap hara dari tanah dan
mengambilkanya dalam bentuk organik ke permukaan tanah. Kemudian sebagian akan
tersedia kembali bagi tanaman setelah terjadi proses mineralisasi. Selain dari
itu, hasil proses pelapukan mineral dan bahan organik dan juga yang di bebaskan
ke atmosfer dalam bentuk gas, terlindih, dihayutkan ke laut, dan suatu ketika
beredar kembali ke tanah.hal ini di kenal sebgai dalur kimia dari unsur – unsur
hara tanaman.kecepatan bergerak unsur – unsur kimia dari dalam tanah dihambat oleh mekanisme jerapan tanah,pengendapan, dan penyangga PH. Sampah kota merupakan
bahan pencemar lingkungan yang mengandung unsur – unsur kimia. Penyingkiran
sampah ini ketempat pembuangan akan memindahkan tempat daur dari unsur – unsur
kimia yang di kandungnya. Kalau pada tempat tersebut tidak di tanami atau tidak
dijadikan media tumbuh tanaman untuk slamnya. Berarti ion ion yang di hasilkan
dari penguraian sampah tidak dapat dimanfaatkan tanaman dan daur ulangnya
melalui tanaman terhenti. Jumlah air dalam tanah hanya sebagian kecil dari
jumlah air yang ada di bumi sekitar 0,001
– 0,01 %. Jumlah air inilah yang digunakan untuk tanaman, pelapukan bahan
induk , pembentukan tanah, dan media
reaksi – reaksi kimia.
Peranan tanah dalam daur karbon
lebih besar dari daur nitrogen, karena
C- organik jumlahnya lebih banyak dari N-
total. Tanah – tanah yang telah di olah akan kehilangan 1/3-1/2 dari C-organiknya karena kegiatan . Jumlah akumulasi oleh tanah inilah yang
kan mempengaruhi kadar dan susunan gas di atmosfir.
Komposisi
dari jumlah kation pada tanaman dan hewan lebih mendekati susunan dan kadar
kation – kation dalam tanah dari pada dalam air laut. Oleh karena itu dapat
disimpulkan, bahwa kehidupan di permukaan dan dalam tanah lebih aktif dari pada
di dalam laut.
PUSTAKA
ACUAN BAB 1
·
Bear, F.E.1964. Chemistry of the soil, ed., Reinhold, New York.
·
Bohn, H.L. , B . L . McNeal, and G.A.
O’Connor. 1979 soil Chemistry. Jhon Wiley & Sons, New York.
·
Ermolenko, N.F. 1972. Trance Elements and
colloids in soil, ed. Israeli program for scientific
translation, jerusalem.
·
Thomas, G.W. 1977. Historical devaloments
in soil chemistry. In ion exchenge. Soil sci. Amer. J., 41:230-237. Medison,
wisconsin.
BAB
II
PRINSIP
– PRINSIP KIMIA DASAR
Suatu
unsur adalah zat yang terdiri dari atom atom yang memounyai no atom atau muatan
nuklir sama. Dalam gas pergerakan atom – atom lebih luas dari pada dalam bahan
padat. Atom – atom terdiri dari elektron
(-), proton (+) dan neutron (0). Suatu atom yang kehilangan satu atau lebih
electron disebut kation atau
bermuatan fositif . bila ia kelebihan muatan elektron yang tidak berimbang dengan
muatan positif disebut anion atau
bermuatan negatif.
Berat atom bukanlah berat
sebenarnya, tetapi adlah berat nisbi yang ditentukan oleh masa isotopnya (satu atom mempunyai beberapa isotop yang
berbeda masanya).jumlah masa suatu atom akan menentukan luasnya jangkauan
suatu reaksi. Satuan angka dasar yang di pakai untuk mengukur massa atom adalah
bilangan advogadro. Satuan yang
menyatakan jumlah ion – ion atau melekul – molekul dalam suatu larutan adalah
mo;aritas ( M). Sedangkan satuan
yang menyatakan jumlah setara dari muatan bahan yang terlarut adalah normalitas
( N). Selain itu ukuran atom juga
menentukan kecepatan reaksi. Ukuran atom di tentukan oleh jari- jarinya, adalah
jarak terdekat suatu kitaran electron terhadap inti atom. Jari – jaripertukaran
kation, hidrasi, lapisan ganda, molekul potensial, disperasi, dan penjojotan
kaloid.
Kemampuan bergabung nya suatu atom
dengan atom-atom lainnya ditentukan oleh valensi. Valensi adalah jumlah
elektron yang di peroleh, hilang atau terbagi dalam suatu reaksi kimia.
Atom-atom yang bereaksi selalu melibatkan sebagai bobot setaranya. Bobot-bobot
setara adalah nisba berat atom dan valensi. Akan tetapi dalam reaksi
oksidasi-produksi bobot setara adalah jumlah elektron yang dapat di pindakan
dalam reaksi tertentu.
Suatu atom dapat pecah secara
spontan yang mengakibatkan bobotnya menjadi
lebih rendah dan atom tersebut akan dialihkan menjadi atom
lain.peristiwa ini disebut radio aktivitas. Setiap atom mempunyai kecepatan
luruh tertentu sampai aktivitasdari bahan radioaktif nya hilang. Lama nya waktu
yang diperlukan oleh suatu atom untuk hal ini sebut waktu-paruh. Umur paruh
dari suatu unsur radioktif tidak dapat
di ubah oleh sarana fisika dan kimia .
PUSTAKA
ACUAN BAB II
·
Bohn, H.L., B.L.
McNeal, and G.A. O’Connar. 1979.soil Chemistry. John Wiley & Sons,
New York.
·
Gast,
R.C. 1977. Surface and Colloid
chemistry, In Mineralin Soil Environment Madison, Wisconsin. Soil Sci.Soc. Amer
41(1); 27-73.
·
Weast, R.C. 1972.
Handbook of Chemistry. And physics.The Chemistry Rubber Co., Clevend,
Ohio.
BAB
III
LARUTAN
TANAH
Larutan tanah adalah
medium reaksi kimia tanah yang merupakan campuran antara ait dan bahan – bahan
terlarut, terdiri dari garam – garam
bebas, ion – ion terjerap pada kompeks koloid dan/ atau larutan organik.
Larutan tanah berperan sebagai medium hara bagi tanaman.
Aliran air terjadi di daalam tanah
karena adanya perbedaan energi air tanah. Energi potensial, energi listrik
serta adanya perbedaan potensial kimia dapat menentukan gerakan air di dalam
tanah.
Potensial air di dalam tanah
mempengaruhi keadaan air di dalam jaringan tanaman dan pergerakan di dalam
tanaman. Air di dalam jaringan tanaman di pengaruhi gaya adsorptif dan osmotik.
Perubahan energi berlangsung terus
pada reaksi – reaksi kimia yang terjadi di dalam tanah bila keadaan imbang
belum tercapai. Bila keadaan imbang telah tercapai, perubahan energi bahan pereaksi
sama dengan hasil reaksiii.
Kekuatan ion berguna untuk
membandingkan larutan dari berbagai komposisi larutan kimia di dalam
tanah.semangkin tinggi kekuatan ion berarti semangkin rendah aktivitasnya di
dalam larutan tanah.
PUSTAKA
ACUAN BAB III
·
Brady, N. C. 1984. The nature and
properties of soil, ed.
Macmillan, New York.
·
Hiller, O. 1972. Soil and Water. Physical
principles and proceses. Academic Press, New York
·
Taylor, S.A. , and G.L. Ashcroft. 1972.
Physical Edaphology. Freeman, San francisco, California
·
Taylor, S.A. , and R.O. Slatyer. 1960.
Water-Soil-Plant relations terminology. Trans. Intern. Congr. Soil Sci.
Seventh, medison, Wisconsin. 1 : 80-90
·
Tan,
K.H. 1982. Principles of Soil chemistry. Marcel Dekker, Inc. New York
BAB
IV
KIMIA
KOLOID TANAH
Koloid
tanah adalah bagian tanah yang terdiri atas butir – butir yang berukuran sangat
halus. Ukran terkecil mungkin mendekati ukuran molekul. Sistem koloidal dapat
dibagi dalam dua golongan yaitu liofilik
dan liofobik.suatu koloid dikatakan
liofobik jika fase dispersinya tidak
berinteraksi dengan medium dispersi. Sedangkan suatu koloid liofilik jika keduanya berinteraksi.
Bahan organik tanah di ketahui
terdiri dari :
·
Karbohidrat
·
Asam amino dan protein
·
Lipid
·
Asam nukleat
·
Lignin
·
Humus dan sebagainya
Fraksi humus
disebut sebagai bahan humat merupakan hasil akhir dari dekomposisi bahan
tetumbuhan dan binatang yang telah mati dalam tanah. Fraksi humat di
klasifikasikan dalam asam humat, asam
fulvat dan asam humin.
Kapasitas tukar kation ( KTK ) humus
di ketahui jauh lebih tinggi dari KTK
koloid liat tanah dan memegang peranan dalam mempengaruhi sifat – sifat fisika, kimia dan fisiko kimia tanah. Kapasitas
pertukaran zat humat terjadi disebabkan terdapatnya proton – proton yang dapat
berdisosiasi, yaitu hidrogen dari kelompok – kelompok karboksil aromatik dan
karboksil alifatik dan kelompok hidroksil fenolat. KTK asam fulvat lebih besar
dari KTK asam humat.
Fraksi anorganik tanah terdiri dari
pecahan batuan dan mineral dengan komposisi dan ukuran yang berbeda – beda.
Berlandaskan ukuran, fraksi utama anorganik tanah dibagi atas fraksi pasir (0,05 – 2,00 mm), fraksi debu
(0,002 – 0,05 mm) dan fraksi liat (<0,002 mm). Atas dasar penyusunan Si tetraedar
dalam strukturnya , maka di kenal tipe selikat tanah, yakni siklo, ino, iso,filo, soro, dan tekto –
silikat. Dari tipe – tipe mineral ini, tipe filo silikat dibahs secara
rinci. Liat dibagi dua, yaitu liat silikat dan liat nonsiliakat. Liat silikat
contohnya montmorilonit, ilit, haloisit,
kaolinit, vermikulit dan lain – lain. Contoh mineral nonsilikat adalah
hematit, geotit, ferihidrit, lepidokrosit, magnetit, gibsit, alofan , imogolit,
dan lainya.sifat liat silikat dan nonsilikat berbeda dalam hal muatan, KTK,
daya mempiksasi p dan lainya. Penyedikan mineral – mineral liat silikat dan
nonsilikat dapat dilakukan dengan sinar-X,
analisis diferensial ternal, dan sinar inframera sedangkan humat umumnya
dilakukan dengan analisis deferensial
ternal.
Kebanyakan reaksi kimia yang di
perankan oleh liat pada hakekatnya adalah penomena yang terjadi di permukaan
liat, seperti pertukaran kation,
penjerapan air, interaksi dengan persenyawaan organik dan lain – lain.
Pertukaran liat dapat dibagi atas :
·
Permukaan yng di bentuuk oleh ikatan SI-O-SI dari silika tetraeder
·
Permukaan yang terbentuk dari ikatan O-A1-OH dari Al-tetraeder
·
Permukaan yang terbentuk dari –Si-OH atau –AL-OH dari persenyawaan
amorf.
Luas permukaan liat
penting diketahui terutama untuk menginterpretasi secara kuantitatif sifat 0 sifat permukaan liat dalam hubunganya dengan
sifat – sifat tanah. Luas permukaan dapat di ukur dengan menggunakan mikroskop
elektron atau cara lain yang didasarkan pada jerapan perseyawaan – persenyawaan
fase gas dan uap.
Umumnya mineral liat bermuatan negatif.
Muatan negatif liat berasal dari subsitusi isomorfik dan disosiasi gugusan
hidrokil yang tersambul (expose). Dalam hal pertama sebagai silisium didalam
lapisan tetraeder digantikan oleh ion dari ukuran yang sama, biasanya atau , tanpa merusak
struktur kristal. Hal yang kedua terdapatnya gugusan OH di pinggiran kristal liat
yang tersambul dapat pula menghasilkan muatan negatif. Pada PH tinggi, H dari
gugusan hidroksil akan berdisosiasi sebagian, sehingga permukaan liat bermuatan
negatif dari ion oksigen. Kasus yang pertama umum terjadi pada liat tipe 2:1 sedangkan hal yang kedua
umunya berlangsung pada liat tipe 1:1.
Koloid
tanah dapat pula bermuatan fositif yang memungkinkan reaksi pertukaran
anion dan penting berhubunganya dengan penahanan (retensi ) fosfat. Muatan ini
terbentuk oleh peristiwa protonasi atau penambatan ion – ion H kepada gugusan OH. Mekanisme ini tergantung
kepada pH dan valensi ion logam. Cara sederhana untuk menentukan apakah koloid
tanah bermuatan negatif, nol atau fositif adalah analisis pH tanah dalam 1 N
KCL dan dalam air. Perbedaan antara nilai kedua pH tanah tersebut
disebut
pH dan penting dalam klasifikasi tanah. Jika nilai pH positif, maka liat
bermuatan negatif, sebaliknya jika pH bernilai negatif maka koloid liat bermuatan positif.
Potensial
permukaan adalah potensial elektris yang berkembang diantara permukaan fase
padat – cair. Kedua teori yang terakhr mengemukaakan uraian mengenai hubungan
antara permukaan koloid yang bermuatan negatif dengan ion lawan (counter-ion) di sekitarnya.ketebalan
lapis rangkap akan mempengaruhi potensial zeta.
PUSTAKA
ACUAN BAB IV
·
Baver, L.D. 1963. The Effect of organic
matter on soil structure. Pontificiae Academiae Scientiarvm Scripta Varia 32 :
383-413
·
Brady, Nyle C. 1974. The Nature and
Properties of soils. 8th ed. , Macmillan New York
·
Kononova, M.M 1961. Soil Organic matter,
T.Z. Nowakowski and G.A. Greenwood (trans.). pergamon, oxford.
BAB
V
PENJERAPAN
TANAH
Penjerapan adalah
pelekatan suatu zat padat pada permukaan koloid. Gaya yang bekerja di dalam
proses penjerapan terdiri dari gaya
fisik, elektrolitik, persenyawaan dengan hidrogen ( H sebagai atom pengikat),
dan gaya reaksi koordinasi (ikatan kovalen)
Kurva yang menghubungkan kepekatan
adsorbat pada temperatur dan tekanan tertentu disebut isoterm. Kurva jerapan
dapat di buat menurut persamaan – persamaan langmuir,
freundlich, BET, atau Gibbs.
Gaya jerapan dan retensi menjadi
semakin besar bila lapisan air pada permukaan partikel tanah semakin menipis
akibat serapan air oleh akar tanaman. Jerapan air oleh liat silikat berarti air
berada di bawah pengaruh medan listrik pada permukan – permukaan liat. Liat
dengan permukaan internal luas mampu menjerap air di dalam ruang antar lapisan (relatif statis). Bila air yang di
jerap di dalam ruang internal banyak, maka air tersebut memiliki mobilitas
tinggi. Air yang terdapat pada ruang internal ini melibatkan kation – kation
dengan permukaan liat yang bermuatan negatif.
Air dapat diikat oleh ikatan
hidrogen tunggal dan ikatan jamak(iatan koordinasi).ikatan koordinasi air lebih
kuat di pegang oleh bahan organik dibandingkan dengan ikatan tunggal.bila
potensial air di dalam sel tanaman sama dengan potensial larutan tanah,berarti
keadaan imbang telah tercapai. Penurunan potensial larutan tanah berarti
kandungan air menurun, dan hal ini mengakibatkan terjadinya sitoplasmolisis.
Pada proses penjerapan, molekul
organik dapat menggantikan atau digantikan air yang dijerap oleh liat. Ion –
ion logam dapat membentuk suatu jembatan antara senyawa organik dan permukaan
liat. Peningkatan jerapan dengan rantai organik yang panjang ditimbulkan oleh
gaya van der walls dan menjadi lebih
sangkil bila ukuran molekul bertambah.
PUSTAKA ACUAN BAB V
·
Bohn, H. L. , B. L. Mcneal, and G. A.
O’Connor. 1979. Soil Chemistry. John Wiley & Sons. New York
·
Tan, Kim H. 1982. Principles of soil
chemistry. Marcel Dekker, Inc. New York
·
Taylor, S. A., and G. L. Ashcroft. 1972.
Physical Edaphology. Freeman, San Francisco, California
BAB
VI
PERTUKARAN
KATION
Koloid
tanah pada umumnya bermuatan negatif dan dapat menjerap kation – kation
pada permukaanya, kemudian disebut misel. Hampir semua kation dapat dijerap
oleh misel, tetapi pada keadaan alami yang cukup banyak terjerap adalah
,,,,,
dan .
Kation – kation yang di jerap itu
dapat di pertukarkan kembali dan proses ini disebut pertukaran kation.
Pertukaran kation merupakan suatu reaksi bolak balik antara kation – kation
yang di pertukarkan. Pertukaran kation dapat terjadi antara
·
Kation pada misel dengan kation dalam
larutan
·
Kation pada suatu misel dengan kation
pada misel lainya
·
Kation – kation dari tempat yang berbeda
pada satu misel yang sama
Setiap
koloid tanah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menjerap dan mempertukarkan
kation. Kemampuan ini sering dinyatakan sebagai kapasitas tukar kation (KTK)
tanah. Nilai KTK sangat di pengaruhi oleh
·
Reaksi tanah
·
Tekstur atau jumlah liat
·
Jenis mineral liat
·
Bahan organik
·
Pengapuran dan pemupukan
Kapasitas
tukar kation (KTK) tanah berbanding
lurus dengan pH, kehalusan tekstur dan jumlah bahan organik.
Kation mempunyai daya yang berbeda
untuk dapat dijerap dan dipertukaran. Jumlah yang dijerap biasnya tidak setara
dengan jumlah yang ditukar. Ion bivalen
biasanya lebih kuat dipengang dari pada ion
monovalen oleh koloid tanah.
Pertukaran kation juga ditentukn
oleh komposisi ion pada kompleks pertukaran. Beberapa persamaan yang dapat
digunakan untuk mempelajari masalah komposisi ion dan pertukaran kation di
dalam tanah yaitu
·
Persamaan freundlich dan persamaan
lengmuir-vageler
·
Persamaan berdasarkan hukum aksi masa
yaitu persamaan kerr dan persamaan venselow
·
Persamaan donnan dan persamaan eriksson
.
Nisbah
kation dalam larutan tanah adalah tetap dan tergantung pada perbandingan kation
yang dijerap pada permukaan koloid. Kation
yang telah di jerap tetapi tidak dapat dipertukarkan kembali disebut
fiksasi kation. Fenomena ini menjadi penting dalam penyediaan hara untuk
tanaman dan juga dalam proses pelindihan hara
PUSTAKA ACUAN BAB VI
·
Supartini, M.S. 1978. Kimia Tanah. Badan
pengendali Bimas dan lembaga penelitian Tanah, Bogor, hal 12-21
·
Ameriyck, Y. 1977. General Pedology.
ITC. Rijks Univesiteet Ghent, Ghent, hal 40-49
·
Tan, K.H. 1982. Principle of soil
Chemistry. Marcel Dekker Inc, New York. Hal 162-171
BAB
VII
PERTUKARAN
ANION
Jerapan anion oleh koloid tanah dapat
dibedakan kedalam
·
Jerapan
negatif
·
Jerapan positif
Jerapan negatif
disebut juga sebagai penolakan anion, terjadi pada permukaan koloid yang
bermuatan negatif .ada beberapa faktor yang mempengaruhi jerapan negatif yaitu
:
·
Muatan dan kepekatan anion
·
Jenis kation yang di pertukarkan
·
Reaksi tanah
·
Adanya anion anion lain
·
Ciri dan muatan permukaan koloid
Jerapan fositif
adalah jerapan terhadap anion pada permukaan koloid yang bermuatan positif.
Jerapan positif ini akan lebih kuat terhadap anion fosfat jika dibandingkan
dengan anion sulfat ataupun khlor. Juga dapat disimpulkan bahwa jerapan ini
semakin kuat bila pH tanah makin rendah.
Pada tanah – tanah yang bereaksi
masa dan banyak mengandung ion , dan dapat dipertukarkan, ion – ion fosfat dapat
terjerap. Akan tetapi fosfat ini masih dapat tersedia untuk tanaman dan
fenomena ini disebut sebagai retensi fosfat. Hal yang serupa dapat terjadi pada
liat jenuh kalsium. Akan tetapi bila terjadi reaksi antara AL,Fe dan Mn hidroksida, liat amorfos ataupun dengan mineral - mineral
silikat dengan ion – ion fosfat, maka
bentuk fosfat ini tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman. Fenomena
yang demikian disebut sebagai fiksasi fosfat. Suatu perbedaan yang nyata antara
retensi dan fiksasi fosfat adalah retensi fosfat dpat terjadi pada pH tanah
rendah, sedangkan fiksasi dapat terjadi pada kisaran pH yang lebih besar.
Ketersedian fosfat dalam tanah
sangat rendah, disebabkan oleh kelarutanya sangat rendah, terutama pada pH
rendah. Ketersedian ini dapat di duga dengan potensial fosfat. Jika
potensial fosfat rendah menunjukan
ketersediaan fosfat untuk tanaman adalah tinggi, demikian juga sebaliknya.
PUSTAKA ACUAN BAB VII
·
Bohn, H.L.; B.L. Mcneal and G.A.
O’Connor. 1985. Soil chemistry. John Wiley & Sons, New York, hal 185-194
·
Tan, K.H. 1982. Principles of soil
chemistry. Marcel dekker Inc, New York, hal 172-178
BAB
VIII
REAKSI
TANAH
Reaksi tanah
adalah suatu ciri atau parameter yang digunakan untuk menunjukan keadaan masam
– basa dalam tanah.reaksi masam – basa suatu tanah sangat mempengaruhi tingkat
penguraian mineral dan bahan organik, pembentukan mineral liat, aktivitas jasad
renik, ketersediaan hara bagi tanaman, dan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Hingga kini ada tiga konsep untuk
mendifinisikan asam – basa yaitu :
·
Asam adalah senyawa yang mengandung
hidrogen, yang di dalam larutan menghasilkan ion H, sedangkan basa adalah yang
menghasilkan ion OH(arrhenius)
·
Asam adalah senyawa yang dapat menjadi
donor proton, sedangkan basa menjadi aseptor proton (bronsted – lowry )
·
Asam adalah senyawa yang dapat menerima
sepasang elektron, dan basa adalah senyawa yang dapat memberi sepasang
elektron.
Masing – masing konsep
cocok untuk kondisi tertentu, tetapi dalam ilmu tanah konsep arrhenius lebih
sesuai. Olehh karena itu, reaksi masam – basa tanah ditentukan oleh kekuatan
ion H yang di kenal dengan pH, “p”
berarti – log, maka pH = - log (),
dengan konstante kemasaman = PH .
Berdasarkan nilai pH, tanah dapat di
kelompokan menjadi : sangat masam pH ≤
4, masam pH 4-5, kemasaman sedang
pH 5-6, sedikit masam pH 6-7, netral, sedikit basa pH 7-8,
kebasaan sedang pH 8-9, basa pH 9-10, sangat basa pH 10 ke atas. Secara umum tanah masam
dicirikan oleh pH < 7, dan tanah
basa dengan pH > 7.
Penyebab utama tanah bereaksi masam adalah
curah hujan yang tinggi, sehingga melebihi kebutuhan tanah dan tanaman
(evapotranspirasi), terjadi melindih basa – basa. Disamping itu juga dapat
disebabkan oleh kondisi mineral pirit ayau sulfida di daerah pasang surut, dan
perombakan bahan organik. Salah satu reaksi yanh menonjol pada tanah masam
adalah hidroksis aluminium, sehingga meningkatkan kemasaman satu ion dapat menghasilkan 5 ion atau sesuai dengan molekul air. Kemasaman
tanah ada dua macam yaitu :
·
Potensial yang ditunjukan oleh H pada
koloid
·
Dan keduanya berada dalam keadaan
seimbang
Masalah
tanah masam antara lain : keracunan Al,
H, dan Mn; kahat Ca, Mg dan P serta Mo dan menyebabkan pertumbuhan buruk,
akhirnya produksi rendah. Masalah tanah masam dapat di perbaiki dengan
pemberian kapur setara 1,5 sampai 2,0 x Al-dd, hingga
mencapai pH 5,5 sampai 6. Disamping
itu supaya mencari varietas – varietas yang toleran masam juga dapat di
lakukan.
Diwilayah kering atau dengan curah hujan < 500 mm/thn, reaksi tanah pada
umumnya adalah basa. Penyebab utama timbulnya reaksi basa adalah pemupukan
garam pada pemupukan (salinasi), dan penambahan garam Na pada kompleks jerapan, hingga kejenuhanya meningkat (sodikasi). Disamping itu juga
akibat hidrolisis garam – garam tertentu yang menghasilkan OH, sehingga OH
meningkatkan/tinggi (alkalinasi).
Tanah
basa tidak hanya di tentukan oleh pH, tetapi juga oleh daya hantar listrik (EC)
dan kejenuhan Na terhadap kation lain (ESP). Dengan dasar itu terdapat 3 macam
tanah basa yaitu :
·
Tanah salin dengan ciri EC > 4 mmho/cm,
ESP < 15%, pH 8,5
·
Tanah salin alkali dengan EC >4
mmho/cm, ESP >15%, pH < 8,5
·
Tanah nonsalin alkali dengan EC< 4
mmho/cm, ESP> 15%, pH 8,5-10
Akibat
kepekatan garam yag tinggi adalah menurunya ketersedian hara dan terhambatnya
pertumbuhan, produksinya pun rendah.
Penanggulangan tanah salin atau sodik
adalah dengan irigasi dengan tujuan untuk melindih garam yang berlebihan
hinggga sesuai kehendak tanaman . selain itu penciptaan varietas yang toleran garam
adalah salah satu rekayasa yang sangat baik.
PUSTAKA
ACUAN BAB VIII
·
Bohn, H. L. , B. L. Mc Neal and G, A.
O’connor. 1979. Soil chemistery. John wilay & Sons. New York
·
Lindsay, W. L. 1979. Chemical equilibra
in soils. John wiley & sons. New york
·
Taylor, S. A. And G. L. Ashcroft. 1972.
Physical ada-phology.freeman. Sanfrancisco calif
BAB
IX
KIMIA DALAM PEMBENTUKAN TANAH
Proses
hancurnya iklim merupakan kegiatan kimia dan fisika terhadap batuan dan mineral
untuk membentuk dan mengembangkan tanah. Kedua proses ini dapat terjadi dalam
waktu yang bersamaan pada permukaan, di dalam tanah dan pada bahan induk. Dalam
proses kimia kegiatan yang terjadi di permukaan dan dalam tanah disebut pedokimia. Sedangkan yang terjadi pada
bahan induk (di bawah solum)disebut geokimia.
Pemisahan kedua proses ini di alam sulit dikenal,karena reaksi – reaksi kimia
terjadi pada setiap bagian dalam prifil tanah.
Kecepatan proses hancuran iklim
terhadap bahan tanah tergantung pada kemantapan atau kekuatan ikatan atom atau
ion yang terdapat dalam mineral.terdapat empat tipe utama ikatan atom – atom
penyusun mineral yaitu ionik, homopolar, logam dan ikatan van der
weals. Struktur mineral
dapat dijelaskan dengan nomor koordinasi adalah jumlah ion – ion disekeliling
kation, ia tergantung pada ukuran ion. Susunan empat anion yang mengelilingi
kation disebut koordinasi empat bidang yang struktur kristalnya dalam mineral
dinamakan tetraeder, sedangkan struktur enam bidang dinamakan okteader .
Ikatan atom dalam mineral tanah
umumnya berciri ionik, maka struktur kristalnya mengikuti hukum pauling (1929).
Penerapan hukum ini pada mineral tanah menghasilkan penyusunan muatan sebagai
berikut, mineral tanah umumnya mengandung oksida – oksida, sejumlah atom
O berada di sekeliling kation yang dianggap sebagai nomor koordinasi.
Kekuatan ikatan terbagi rata diantara ikatan – ikatan pada tetraeder, yang akan
menghasilkan struktur dasar mineral silikat. Pada oktaeder kekuatan ikatan
adalah seperdua, karena setiap ion dikelilingi oleh 6 atom oksigen dan setiap
atom oksigen yang ditimbulkan oleh setiap kekuatan ikatan adalah 3/6
Kecepatan hancuran iklim mineral
akan meningkat dengan semangkin banyaknya kation basa, sebaliknya mineral akan
semangkin tahan jika kadar selikat meningkat. Selain itu kecepatan hancuran
iklim juga dipengaruhi oleh kedudukan ion – ion dalam struktur mineral. Sebagai
contoh, tetraeder dari Ca-feldspat mengandung seperdua dan seperdua . pada suhu kamar , lebih mantap bila oktaeder dikelilingi oleh
oksigen. Ia akan kehilangan muatan bila diganti , mengikat akan memperlemah struktur feldspat berarti
lebih peka terhadap proses perontokan.
Berdasarkan
bentuk struktur yang bergabung, mineral selikat dapat
dibedakan dalam lima kelompok yaitu : neso, soro, filo, ino, dan tekto silikat.
Semangkin banyak jumlah ikatan Si-O
yang berhubungan akan semangkin besar pula jumlah Si-tetraeder yang mengalami
pembagian oksigen. Hal ini berarti akan semakin resisten mineral tersebut
terhadap hancuran iklim. Urutan resistensi kelima golongan mineral tersebut
adalah : nesosilikat < inosilikat
(rantai tunggal ) <inosilikat ( rantai rangkap dua ) < filosilikat <
tektosilikat. Berarti golongan tektosilikat yang paling mantap atau
teresisten terhadap perombakan oleh proses hancuran iklim.
Faktor
lain yang berpengaruh dalam proses hancuran iklim adalah bahan organik, bahkan
kadang – kadang lebih penting daripada reaksi – reaksi kimia secara tersendiri.
Proses dekomposisi bahan organik antara lain akan menghasilkan asam humat dan
asam fulvat yang dapat bereaksi dengan ion – ion logam membentuk senyawa
kompleks yang disebut khelat. Proses ini dapat mempercepat
dekomposisi bahan organik dan meningkatkan aktivitas hancuran iklim batuan atau
mineral tanah.
Prosespembentukan
dan perkembangan tanah merupakan kegiatan yang rumit, menyangkut berbagai
proses misalnya, proses fisika, kimia, biologi, dan biokimia. Tanah di bentuk oleh interaksi dari penambahan bahan organik dan
bahan an-organik pada permukaan tanah, transportasi senyawa – senyawa lapisan
lebih dalam, pengangkutan secra vertikal dari bahan dalam tanah, dan hilang
atau terangkutnya komponen tanah ke tempat lain. Proses – proses utama yang
berperan adalah desilikasi, transportasi liat, besi dan aluminium.
PUSTAKA
ACUAN BAB IX
·
Berry, L. C. And B. Mason. 1959.
Mineralogy. W.H. Freeman Co. San Francisco
·
Birkeland, p.w. 1974. Pedology, weathering, and
Geomorphological research. Oxford Univ. Press, New York
·
Bohn, M.L., B. L. Mcneal, and G.A.
o’Condor. 1979. Soil chemistry. John Wiley & Sons, New York
·
Evans, R.C. 1939. An introduction to
Crystal Chemistry. Cambrigde univ. Press, london
·
Jackson, M. L. And G.D. Sherman. 1953.
Chemical Weathering of minerals in soils. Adv. Agronomy 5: 219-318
BAB X
REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI DALAM TANAH
Oksidasi adlah
proses dimana suatu persenyawaan kimia atau substansi, atom atau redikal
kehilangan elektron, sedangkan reduksi adalah kebalikannya. Proses – proses
oksidasi dan reduksi merupakan proses yang berkesinambungan dalam tanah dan hal
ini donor elektron mengalami oksidasi sedangkan akseptor elektron mengalami
reduksi.
Tanah
bersuasana oksidasi umumnya memiliki nilai potensial redoks lebih besar dari 400 mV, sedangkan tanah bersuasana
reduksi biasanya mempunyai nilai EH kecil dari 100 mV. Potensial redoks (Eh)menyatakan keadaan oksidasi – reduksi
yang berlangsung dalam sistem tanah atau menyatakan ketersedian elektron dalam
tanah. Jika tanah digenangi, maka Eh turun secara tajam, kemudian naik sedikit
dan setelah itu mantap. Penurunan Eh disusul dengan terjadinya peningkatan kepekatan
unsur mikro seperti Fe dan Mn meningkatnya pH tanah asam dan menurunya pH tanah
basa ke sekitar nilai netral. Penggenangan diketahui meningkatkan pula
kepekatan p-tersedian dalam larutan tanah, merosotnya kepekatan oksigen,
terjadinya peningkatan kepekatan asam – asam organik mau pun gas – gas.
PUSTAKA
ACUAN BAB X
·
Bohn, H.L. 1971. Redox potentials. Soil
science, 122 : 38-42
·
Ponnamperuma, F.N . 1972. The chemistry
of submerged soils.adv. in Agron. 24 : 29 – 96
·
Jeffery, J.W.O. 1960. Iron and the Eh of
waterlogged soils with particular reference to paddy. J. Soil Sci. 11 :140 -
148
BAB XI
INTERAKSI LOGAM, LIAT, DAN BAHAN
ORGANIK
Pembentukan senyawa
kompleks adalah reaksi ion logam dengan ligand melalui
kerjasama pasangan elektron. Ion logam bertindak sebagai penerima pasangan
elektron,sedangkan ligand adalah donor pasangan elektron. Ion logam bertindak
sebagai ion pusat, sementara ion – ion organik berkoordinasi
disekelilingnya.contoh ion logam itu antara lain adalah ,,,, dan .ligan dapat saja anion
atau molekul netral seperti .
Beberapa
persenyawaan organik yang dapat membentuk persenyawaan kompleks dengan ion –
ion logam adalah asam humat dan asam
fulvat (FA). Kelarutan kompleks logam asam di tentukan oleh nilai konstante
kemantapan. Kompleks Cu-asam fulfat di ketahui lebih sukar larut di bandingkan
dengan Zn-FA atau Mg-FA. Tingkat kelarutan yang tersebar
dicapai oleh Mg-FA
Kompleks formasi
telah diselidiki dapat pula berlangsung antara persenyawaan – persenyawaan
organik bersifat amfoter dengan liat tanah.terdapatnya gugusan karbosil dan
gugusan amino di dalam molekul – molekul persenyawaan organik itu memungkinkan
mereka mampu bertingkah sebagai kation,
anion atau zwitterion.jika tanah bereaksi asam, maka asam – asam amino
biasanya bermuatan positif dalam bentuk
seperti ini kation asam amino dapat ditarik oleh permukaan liat dengan
pertukaran kation. Jika pH tanah mendekati titik iso-elektris maka asam amino
bersifat berkurub dua dan bertingka sebagai zwitterion. Hadir sebagai
zwitterion, maka asam amino akaan berinteraksi melalui reaksi – reaksi ion
berkutub dua.kutub positif ( ) dapat ditarik langsung ke perukaan liat yang
bermuatan negatif , sedangkan kutub negatif dari asam amino (co)
dapat pula berinteraksi dengan kation – kation logam yang teradsorpsi di
permukaan liat. Sebaliknya jika pH tanah di ats titik iso-elektris maka asam
amino bermuatan negatif dan bersifat anion, namun bentuk anion seperti ini di
anggap kurang penting dibandingkan dengan bentuk kation dan zwitterionya.
Senyawa
kompleks dan khelasi memegang peranan penting dalam memperbaiki kesuburan
tanah. Adanya proses khelasi maupun formasi kompleks dalam tanah censerung
mempercepat pembebasan unsur hara serta mampu mengurangi pengaruh meracun dari
beberapa unsur dengan mengadakan proses khelasi. Pengaruh buruk terhadap
fiksasi P dan K dalam tanah telah di
ketahui dapat pula di kurangi dengan adanya formasi kompleks dengan ligand
organik.
Asam
humat dan asam fulfat diketahui pula dapat membebaskan k yang terfiksasi dalam
ruang antar miksel dari liat. Persenyawaan – persenyawaan humat juga sangkil
mengikat unsur – unsur mikro seperti Fe,Cu,Zn
dan Mn dengan menambahkan humas ke dalam tanah masam,sebagian besar hara
mikro yang banyak terdapat dalam larutan tanah dan sebagian unsur tukar diikat
melalui senyawa kompleks dengan persenyawaan – persenyawaan humat. Pada waktu –
waktu tertentu unsur mikro yang terdapat dalam senyawa kompleks dapat
dilepaskan kembali kedalam larutan tanah sehingga dapat diserap akar.dengan
cara ini khelat bertindak sebagai bahan pengatur kepekatan unsur tersedia dalam
tanah.
PUSTAKA ACUAN BAB XI
·
Tan, K.H. 1978. Effect of humic and
vulvic acids on release of fixed potassium. Geoderma 21 : 67-74
·
Tan, K.H. 1982. Principles of soil
chemistry. Marcel dekker inc. New York and Basel. 267 halaman
·
Theng, B.K.G. 1972. Formation,
proparties, and practical application of clay-organic complexes. J. Royal Soc.
New Zealand, 2 :437 – 457